MORFOLOGI TUMBUHAN
“ TATA LETAK DAUN PADA BATANG”
KELOMPOK : VI
ANGGOTA :
1. KATARINA KEO
2. SOFIA SIMOI
3. DEWISTA BENSAE
4. RAMBU OPANG MADANGU
5. DIANA BIBINA JAMPI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas barkat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tata Letak
Daun pada Batang. Makalah ini dibuat sebagai tugas kelompok mata kuliah Morfologi
Tumbuhan.
Dalam pembuatan
makalah ini penyusun sering kali mengalami kesulitan, namun atas bimbingan dan
pengetahuan yang telah diberikan oleh penanggung jawab mata kuliah sehingga
kendala-kendala tersebut dapat teratasi. Untuk itu penyusun mengucapkan terima
kasih kepada penanggung jawab mata kuliah yang telah memberi bimbingan sehingga
makalah ini dapat terselesaikan sesusai dengan harapan penyusun.
Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih memiliki sejumlah kelemahan dan kekurangan
yang tidak disadari oleh penyusun oleh karena itu diharapkan saran sekaligus
kritikan dengan harapan sebagai masukan dalam perbaikan makalah ini dan makalah
selanjutnya. Akhirnya penyusun berharap semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat yang berarti bagi kita semua .
Kupang, Maret 2016
TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................. iii
Bab I Pendahuluan.............................................................................................. 1
1.1
Latar
Belakang...................................................................................... 1
1.2
Rumusan
Masalah................................................................................. 1
1.3
Tujuan
Penulisan................................................................................... 1
Bab II Pembahasan............................................................................................. 2
2.1
Pengertian
Tata Letak Daun................................................................. 2
2.2
Tata
Letak Daun pada Batang.............................................................. 2
2.3
Bagan
(Skema) dan Diagram Tata Letak Daun.................................... 6
Bab III Penutup.................................................................................................. 9
3.1
Kesimpulan........................................................................................... 9
Daftar Pustaka.................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu tumbuhan daun biasanya terdapat
pada batang dan cabang-cabangnya. Ada pula daun-daun suatu tumbuhan yang
berjejal-jejal pada suatu bagian batang yaitu pada pangkal batang atau pada
ujung-ujungnya setiap tumbuhan memiliki system percabangan yang berbeda-beda.
Misalkan pada pohon papaya, pohon sirkaya, dan bunga soka. Dari ketiga jenis
tumbuhan tersebut terlihat jelas perbedaan system percabangan serta tata letak
daun pada batang.
Dari perbedaan tata letak daun inilah maka,
setiap tumbuhan memiliki system phillotaxis yang berbeda. Dari phillotaxis ini dapat ditentukan rumus
daun serta diagram duduk daun pada tumbuhan. Untuk tumbuhan yang sejenis
(misal semua pohon papaya) akan kita
dapati tat letak daun yang sama. Oleh dapat kita gunakan sebagai tanda pengenal
suatu tumbuhan.
Untuk lebih jelasnya dalam makalah ini akan
membahas lebih lanjut mengenai tata letak daun, bagan dan diagram tata letak daun
pada tumbuhan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian tata
letak daun (phyllotaxis)?
2.
Bagaimanakah tata letak
daun pada batang?
3.
Bagaimanakah bagan (skema) dan diagram tata letak daun?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui tata
letak pada daun.
2.
Untuk mengetahui
bagaimana tata letak daun pada batang.
3.
Untuk mengetahui
bagaimana bagan (skema) dan diagram tata letak daun.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Tata Letak Daun (Phyllotaxis)
Tata letak daun atau Phyllotaxis adalah aturan
tata letak daun pada batang. Pada batang dewasa, daun tampak tersusun dalam pola
tertntu dan berulang-ulang. Susunan daun pada batang tersebut disebut duduk
daun atau filotaksis.
Istilah filotaksis sebenarnya merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan
urutan terbentuknya daun pada batang, tetapi dikarenakan urutan daun tersebut
tampak jelas setelah daun maupun batang yang ditempatinya mengalami
pendewasaan, maka istilah tersebut digunakan secara umum untuk menyatakan
susunan daun pada batang. Susunan daun dari suatu tumbuhan biasanya bersifat
konstan. Susunan daun pada batang biasanya turut ditentukan oleh banyaknya
helai daun yang terbentuk dalam suatu nodus (buku). Untuk itu, daun dapat
dibentuk secara tunggal bila ada satu helai daun pada setiap buku, berpasangan
bila ada dua helai daun pada setiap buku, atau dalam karangan bila terdapat
tiga helai daun atau lebih pada setiap buku.
2.2 Tata Letak Daun Pada Batang
Untuk mengetahui bagaimana tata
letak daun pada batang, harus ditentukan terlebih dahulu berapa jumlah daun
yang terdapat pada satu buku-buku batang, yang kemungkinannya adalah:
1.
Pada
setiap buku-buku hanya terdapat satu daun saja.
2.
Pada
tiap-tiap buku-buku batang terdapat dua daun yang berhadap-hadapan.
3.
Pada
setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun.
Berikut penjelasan
masing-masing dari ketentuan diatas:
1.
Pada Tiap-Tiap Buku-Buku
Batang Hanya Terdapat Satu Daun
Tata letak daunnya dinamakan : Tersebar (Folia
sparsa). Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun pertama tadi
mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu
adalah b, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan
a/b, yang dinamakan juga : Rumus daun atau Divergensi.
Garis-garis tegak lurus
(Garis vertikal) yang menghubungkan antara 2 daun pada batang dinamakan : Ortostik.
Garis spiral melingkari batang yang menghubungkan daun-daun berturut –
turut dari bawah ke atas menurut urutan tua mudanya dinamakan : Spiral
genetik.
Pecahan a/b menunjukkan
jarak sudut antara dua daun berturut-turut, jika diproyeksikan pada bidang
datar. Jarak sudut antara dua daun berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah
a/b x 3600, yang disebut : sudut divergensi.
Tumbuhan dengan tata
letak daun tersebar, ternyata pecahan a/bnya, dapat terdiri atas
pecahan-pecahan : ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. yang disebut deret
Fibonacci. Angka-angka diatas memperlihatkan sifat berikut :
Ø Tiap suku dibelakang suku kedua (jadi suku ketiga dst.)
merupakan suatu pecahan, yang pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah
kedua pembilang dua suku yang ada di depannya, dan penyebutnya merupakan hasil
penjumlahan kedua penyebu dua suku yang di depannya, atau
Ø Tiap suku dalam deretan itu merupakan suatu pecahan yang
pembilangnya merupakan selisih antara penyebut dan pembilang suku yang di
depannya, dan penyebutnya adalah jumlah penyebut suku di depanya dengan
pembilang suku itu sendiri.
Pada tumbuhan dengan tata
letak daun tersebar, kadang-kadang duduk daun rapat berjejal-jejal karena
ruas-ruas batang amat pendek, sehingga duduk daun pada batang tampak hampir
sama tinggi, dan sangat sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya.
Daun-daun yang mempuyai susunan demikian disebut suatu : roset (rosula).
Roset ada 2 macam :
a)
roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun
berjejal-jejal diatas tanah, ch. pada lobak (Raphanus sativus L.) dan
tapak liman (Elephantopus scaber L.).
b)
roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada
ujung batang, ch. Pada pohon kelapa (Cocos nucifera L.) dan bermacam
–macam palma lainnya.
Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong keatas,
daun-daun dengan tata letak tersebar dapat teratur sedemikian rupa pada suatu
bidang datar, dan membentuk suatu pola seperti mosaik (pola karpet). Susuna
daun yang demikian itu disebut mosaik daun. Bila hanya satu helai daun
pada setiap nodus (buku), maka duduk daun dapat:
a)
Monostika (Monostichous) bila seluruh daun tampak berada
pada satu sisi batang jika dilihat dari atas duduk daun seperti ini jarang
ditemukan. Bila ada, seringkali dipengaruhi oleh pertumbuhan ruas (internode)
yang asimetris diantara dua daun yang berurutan, sehingga daun tampak tersusun
membentuk putaran helix yang dangkal. duduk daun seperti ini disebut sebagai spiromonostik
(spiromonostichous).
b)
Distika (distichous), yaitu daun tampak berada
dalam dua deret jika dilihat dari atas, biasanya sudut yang terbentuk diantara
dua deret daun tersebut 1800 . bila kedua deretan tersebut berputar
ke arah yang sama, masing-masing dengan sudut putar yang sama, maka duduk daun
menjadi spirodistika (spirodistichous).
c)
Tristika (tristichous), yaitu bila daun-daun
berada dalam tiga deret bila dilihat dari atas dengan sudut diantara deret satu
dengan berikutnya adalah 120o pada tumbuhan dengan duduk daun seperti ini,
batangnya dapat mengalami perputaran sehingga duduk daun menjadi spirotristika
(spirotristichous)
d)
Spiral, yaitu bila dilihat dari atas daun-daun berada pada lebih
dari tiga deret, misalnya 5 atau 8 deret . pada beberapa tumbuhan duduk daun
tidak persis mengikuti pola spiral sebagai akibat panjang ruas yang
berbeda-beda atau sebagai akibat adanya perubahan selama masa pertumbuhan
batang. Duduk daun spiral seperti ini biasanya disebut sebagai duduk daun tersebar.
Pada beberapa tumbuhan lainnya dengan
duduk daun spiral, letak daun kelihatan sangat rapat satu sama lain sebagai
akibat ruas batang sangat pendek, misalna pada kelapa dan beberapa tanaman
famili Brasicaceae. Akibatnya, duduk daun tampak hampir sama tinggi dan sukar
untuk menentukan ukurannya. Duduk daun seperti ini ini disebut roset.
2.
Bila terdapat dua helai
daun pada setiap buku (nodus),
Maka daun-daun akan duduk berlawanan atau berhadapan
(opposita). Kedua daun yang berada pada setiap buku satu sama
lain membentuk sudut 180o . Bila pasangan daun pertama dan berikutnya
terorientasi dengan sudut 90o, maka akan terdapat empat deretan daun bila
dilihat dari atas. duduk daun seperti ini disebut berhadapan bersilang (opposita-decussata).
Bila batang yang memiliki duduk daun sepert ini mengalami perputaran , maka
duduk daun dapat dinyatakan sebagai spiral decussata. Contoh pada
mengkudu (Morinda citrifolia L.), soka (Ixora poludosa Kurz.),
dll.
3.
Bila terdapat tiga atau lebih
daun muda pada setiap buku (nodus), maka duduk daun
Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku
(nodus), maka duduk daun dikatakan berkarang (whorld/verticillata).
Pada duduk daun seperti ini daun-daun yang berada dalam dua karangan berurutan
masing-masing dapat sejajar, dapat pula tidak. Bila daun dari dua karangan
letaknya tidak sejajar, maka apabila dilihat dari atas akan tampak deretan daun
sebanyak dua kali jumlah daun pada setiap bukunya. Contoh pada pohon pulai (Alstonia
scholaris R.Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.),oleander (Nerium
oleander L.)
2.3
Bagan (Skema) Dan Diagram
Tata Letak Daun
2.3.1
Bagan Tata Letak Daun
Batang tumbuhan digambarkan sebagai silinder dan padanya
digambar membujur ortostik-ortostiknya demikian pula buku-buku batan gnya.
Daun-daun digambar sebagai penampang melintang helaian daun yang kecil. Pada
bagan akan terlihat misalnya pada daun dengan rumus 2/5 maka daun-daun nomor 1,
6, 11, dst atau daun-daun nomor 2, 7, 12, dst akan terletak pada ortostik yang
sama.
Gambar: bagan duduk daun
2.3.2
Diagram Tata Letak Daun Atau Disingkat Diagram Daun
Untuk membuat diagramnya
batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut yang memanjang, dengan
buku-buku batangnya sebagai lingkaran-lingkaran yang sempurna. Pada setiap
lingkaran berturut-turut dari luar kedalam digambarkan daunnya, seperti pada
pembuatan bagan tadi dan di beri nomor urut. Dalam hal ini perlu diperhatikan,
bahwa jarak antara dua daun adalah 2/5 lingkaran, jadi setiap kali harus
meloncati satu ortostik. Spiral genetikya dalam diagram daun akan merupakan
suatu garis spiral yang putarannya semakin keatas digambar semakin sempit.
Gambar: diagram daun
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
v Phyllotaxis atau tata letak
daun adalah aturan tata letak daun pada batang. Pada batang dewasa, daun tampak tersusun dalam pola
tertntu dan berulang-ulang.
v Tata letak daun pada batang,
berlaku apabila:
1.
Pada
setiap buku-buku hanya terdapat satu daun saja.
2.
Pada
tiap-tiap buku-buku batang terdapat dua daun yang berhadap-hadapan.
3.
Pada
setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun.
v Dalam tata letak daun pada
setiap buku terdapat satu daun dapat ditentukan :
Ø Rumus daun atau Divergensi.
Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun
pertama tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati
selama itu adalah b, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan
merupakan pecahan a/b.
Ø sudut divergensi.
Pecahan a/b menunjukkan jarak sudut antara dua daun
berturut-turut, jika diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara dua
daun berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah a/b x 3600.
Ø Bentuk roset pada tumbuhan:
§ roset akar, yaitu jika batang amat
pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal diatas tanah, ch. pada lobak (Raphanus
sativus L.) dan tapak liman (Elephantopus scaber L.).
§ roset batang, jika daun yang rapat
berjejal-jejal itu terdapat pada ujung batang, ch. Pada pohon kelapa (Cocos
nucifera L.) dan bermacam –macam palma lainnya.
Bila hanya satu helai
daun pada setiap nodus (buku), maka duduk daun dapat:
ü Monostika (Monostichous)
bila seluruh daun tampak berada pada satu sisi batang jika dilihat dari atas
duduk daun seperti ini jarang ditemukan.
ü Distika (distichous), yaitu daun tampak berada dalam dua deret jika dilihat
dari atas, biasanya sudut yang terbentuk diantara dua deret daun tersebut 1800.
ü Tristika (tristichous), yaitu bila daun-daun berada dalam tiga deret bila dilihat
dari atas dengan sudut diantara deret satu dengan berikutnya adalah 1200.
ü Spiral, yaitu bila dilihat dari
atas daun-daun berada pada lebih dari tiga deret, misalnya 5 atau 8 deret .
v Bila terdapat dua helai daun
pada setiap buku (nodus), maka daun-daun akan duduk berlawanan atau berhadapan
(opposita). Kedua daun yang berada pada setiap buku satu sama
lain membentuk sudut 1800 . Contoh pada mengkudu (Morinda citrifolia
L.), soka (Ixora poludosa Kurz.), dll.
v Bila terdapat tiga
atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus), maka duduk daun .Bila terdapat
tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus), maka duduk daun dikatakan berkarang
(whorld/verticillata). Contoh pada pohon pulai (Alsonia
scholaris R.Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.),oleander (Nerium
oleander L.).
DAFTAR PUSTAKA
Tjitrosoepomo Gembong. 2007.Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Rosanti,dewi.2013.Morfolgi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta.
Muzayyinah. 2008. Terminologi
Tumbuhan.UNS Press. . Surakarta.
1 comment:
KDCAR: Online Casino - Bet on sports online
KDCAR is the premier online gaming destination in septcasino Karnataka. Explore betting options, kadangpintar games, casinos, sports and live casino games in one place. 메리트 카지노
Post a Comment