MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
PENGEMBANGAN
TEORI BEHAVIORISME
NAMA ANGGOTA
:
PRODI : PENDIDIKAN BIOLOGI
SEMESTER : II
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITRAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016
FOTO KELOMPOK
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Belajar merupakan suatu proses sadar yang dilakukan
oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
memiliki sikap menjadi sikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil
melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi
yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif
membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu
pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistim yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber
belajar dan lingkungan. Teori adalah
seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia
nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang
ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable
yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan
diuji serta dibuktikan kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya
terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan
siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun
di luar kelas.
Jika
menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang
bersumber dari aliran-aliran psikologi. Dalam dunia pendidikan, psikologi
pendidikan sangat diperlukan. Hal ini dilakukan agar pendidik dapat
mengenali bagaimana peserta didiknya. Oleh karena itu pendidik perlu
mempelajari psikologi pendidikan, dimana psikologi ialah ilmu yang mempelajari
tentang prilaku dan jiwa manusia baik prilaku peserta didik dan orang lain. Dalam
psikologi banyak terdapat teori – teori, salah satunya teori Behaviorisme yang
artinya perubahan perilaku yang diamati, diukur dan dinilai secara
konkrit.
Teori
belajar ini yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia memandang individu
sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Maka dari itu teori ini perlu
dipelajari oleh para pendidik serta teori ini mengutamakan unsur-unsur dan
bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan
mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang
diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
B.
TUJUAN
1. Mengerti
dan memahami mengenai teori pembelajaran behaviorisme
2. Mampu
mengkaji hakikat belajar menurut teori behaviorisme
3. Mengetahui
apa saja yang menjadi kelemahan serta kelebihan teori behaviorisme
4. Memahami
dan menjelaskan bagaimana penerapan teori behaviorisme dalam sistem
pembelajaran
BAB II
PAMBAHASAN
v Pengertian Teori
Behaviorisme
Teori belajar
behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia
sebagai akibat dari interaksi dari stimulus dan respon. Teori behaviorisme
merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan
dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behaviorisme. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori belajar
behaviorisme dengan model stimulus-responnya, mendudukan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon dengan perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat
bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukman.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia
dapat menunjukan perubahan perilakunya. menurut teori ini dalam belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus
adalah segala hal yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa
reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur. Yang dapat diamati adalah
stimulus dan respon. Oleh karena itu sesuatu yang diberikan oleh guru
(stimulus) dan sesuatu yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati
dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal penting untuk melihat perubahan tingkah laku tersebut terjadi atau tidak.
Faktor
lain yang dianggap penting oleh aliran behaviorisme adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinfocement) maka respon
akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi atau dihilangkan (negative
reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Beberapa
prinsip dalam teori belajar behaviorisme adalah belajar behaviorisme, meliputi:
Reinforcement and Punishment, Primary and Secondary Reinforcement, Schedules of
Reinforcement, Contingency Management, Stimulus Control in Operant Learning,
The Elimination of Responses (Gage, Berliner 1984).
Ciri-ciri
teori behaviorisme
·
Mementingkan faktor lingkungan
·
Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan
mempergunakan metode obyektif
·
Sifatnya mekanis
·
Mementingkan masa lalu
Menurut teori behaviorisme belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa
dalam hal kemampuanya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang telah dianggap belajar sesuatu
jika ia dapat menunjukn perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, anak belum
dapat menghitung perkalian. Walaupun ia sudah belajar giat, namun jika anak tersebut
belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap
belajar.
v Pandangan Teori Behaviorisme Menurut Para Ahli
Pada
dasarnya para penganut aliran behaviorisme setuju dengan pengertian belajar
diatas, namun ada beberapa pendapat diantara mereka.
Setiap dari pelopor-pelopor ini memberikan kontribusi yang kuat bagi
perkembangan teori ini dari awal perkembangannya hingga sekarang. Secara
singkat akan dibahas para tokoh aliran behaviorisme:
1.
Edward
Edward Lee Thorndike (1874–1949)
Berpendapat bahwa “belajar merupakan peristiwa
terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara peristiwa yang disebut stimulus dan
respon”.
Teori
belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen yang
dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang
apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar
disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri
belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon
terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai respon yang salah,
ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Thorndike
menemukan hukum-hukum dalam hasil teori ini, yaitu :
·
Hukum Kesiapan (Law of
Readiness), Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk
memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan
individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.
·
Hukum Latihan, semakin
sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin
kuat.
·
Hukum Akibat, hubungan
stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung
diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.
2.
Ivan
Petrovich Pavlo (1849-1936) dan Watson
Pavlo mengadakan percobaan laboratories
terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersyarat sehingga
terjadi reaksi bersyarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada
manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari
menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari
pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan
strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti
stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon
yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari
luar.
Belajar
menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya
syarat-syarat yang menimbulkan reaksi. Yang terpenting dalam belajar menurut
teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah
belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi
dihiraukan.
3.
Skinner
(1904-1990)
Skinner
berpendapat bahwa “tujuan psikologi adalah meramal mengontrol
tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi
sehingga anak akan lebih rajin”.
Teori ini
juga disebut dengan “operant conditioning”. Operant conditioning
menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru
tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki
peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga
tercapai tujuan yang diinginkan.
Skinner
membagi menjadi 2 jenis respon :
·
Responden merupakan Respon yang terjadi karena stimulus
khusus.
·
Operans merupakan Respon yang terjadi karena situasi
random. Operans conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operans
yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau
menghilang sesuai keinginan.
4.
Robert Gagne
(1916-2002)
Teori gagne
banyak dipakai untuk mendisain Software instructional (Program
berupa Drill Tutorial). Kontribusi terbesar dari teori instructional Gagne
adalah 9 kondisi instructional :
·
Gaining attention: mendapatkan perhatian
·
Intorm learner of objectives: menginformasikan siswa
mengenai tujuan yang akan dicapai.
·
Stimulate recall of prerequisite learning: stimulasi kemampuan dasar siswa untuk
persiapan belajar.
·
Present new material: penyajian materi baru.
·
Provide guidance: menyediakan pembimbingan.
·
Elicit performance: memunculkan tindakan.
·
Provide feedback about correctness: siap memberi umpan
balik langsung terhadap hasil yang baik.
·
Assess performance: menilai hasil belajar yang
ditunjukkan.
·
Enhance retention and recall: mengingat memori.
5.
Albert
Bandura (1925-sekarang)
Teori
belajar Bandura adalah teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi
diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap
dan emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks
interaksi tingkah laku timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif
perilaku dan pengaruh lingkungan. Faktor-faktor yang berproses dalam observasi
adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi. Kelebihan teori
Bandura dalah membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan penyimpangan
psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori Bandura menjadi dasar
perilaku permodelan yang digunakan dalan pendidikan secara massal, contohnya
penerapan teori belajar sosial dalam iklan televisi. Kerangka Berpikir Teori :
·
Pemberian bahan pembelajaran dalam bentuk utuh kepada
peserta didik.
·
Pemahaman oleh peserta didik dilakukan mandiri oleh
peserta didik. Jika ada yang kurang jelas baru ditanyakan kepada guru.
·
Hasil belajar segera disampaikan kepada peserta didik.
·
Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
·
Materi pelajaran digunakan sistem modul.
Skinners juga mengemukakan prinsip - prinsip belajar
behaviuouristik :
1)
Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa
jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat.
2)
Proses belajar harus mengikuti irama dari yang
belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.
3)
Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas
sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk
menghindari hukuman.
4)
Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah
dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable
ratio reinforcer.
Dalam pembelajaran digunakan shapping
Kekeliruan penerapan Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara
mendisiplinkan siswa. Hukuman yang baik menurut Skinner adalah anak merasakan
sendiri konsekuensinya dari perbuatan. Kelebihan, kekurangan dan permasalahan
yang muncul dalam pembelajaran. Sesuai dengan teori ini, guru dapat menyusun
bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang
harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak
memberikan ceramah, tetapi intruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik
dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara
hirarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks. Tujuan pembelajaran
dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu
ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur
dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan
digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.
Jadi pengertisan dari beberapa ahli dapat
disimpulkan bahwa teori Behavioristik adalah teori belajar yang lebih
menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk
reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan
membentuk perilaku mereka. Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur –
unsur kecil, bersifat mekanistis, menekankan pada peranan lingkungan,
mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan,
mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil
belajar yang diperoleh adalah munculnya prilaku yang diinginkan. Pada teori
belajar ini sering disebut SR psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia
dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari
lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang
erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut
pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan
dan tingkah laku adalah hasil belajar.
v Penggunaan
Teori Behaviorisme
Penggunaan teori
Behaviorisme ini adalah guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan
menyusun bahan pelajaran yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang
dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak hanya memberi
ceramah tetapi juga contoh - contoh. Bahan pelajaran disusun hirarki dari yang
sederhana sampai yang kompleks. Hasil dari pembelajaran dapat diukur dan
diamati, kesalahan dapat diperbaiki. Hasil yang diharapkan adalah terbentuknya
suatu perilaku yang diinginkan. Metode ini sangat cocok untuk pemerolehan
kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur
kecepatan spontanitas kelenturan daya tahan dan sebagainya. Teori ini juga
cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan peran orang
tua. Kekurangan metode ini adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru
bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Murid dipandang pasif,
murid hanya mendengarkan, menghafal penjelasan guru sehingga guru sebagai
sentral dan bersifat otoriter. Pada
teori ini guru lebih menekan kan pada tujuan pembelajaran yang lebih pada hasil
tanpa mengutamakan prosesnya sehigga siswa hanya diberi teori latihan berulang
tanpa tau prosesnya siswa itu biasa atau tidak. Teori behavioristik menerapkan
prinsip penguatan stimulus-respon. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk
melalui ikatan stimulus - respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.
Penguatan tersebut terbagi atas penguatan positif dan penguatan negatif.
Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan
tingkah laku itu. Sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku
berkurang atau menghilang.
Beberapa aplikasi teori
belajar Skinner dalam pembelajaran adalah :
a) Bahan yang
dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
b) Hasil
berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan
jika benar diperkuat.
c) Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan
sistem modul.
d) Tes lebih
ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
e) Dalam proses
pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
f) Dalam proses
pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
g) Dalam
pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar
tidak menghukum.
h) Tingkah laku
yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
i)
Melaksanakan mastery learning yaitu
mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak
berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang
berbeda-beda.
Ø Ada beberapa
Manfaat Teori Behaviorisme, yaitu :
ü Membiasakan
guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
ü Metode
behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang menbutuhkan
praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan,
spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
ü Guru tidak
banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika
menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
ü Teori ini
cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran
orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang
dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
v Kelebihan
serta Kekurangan Teori Behavioristik
a.
Kelebihan Teori Behavioristik
-
Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka
terhadap situasi dan kondisi belajar.
-
Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga
murid dibiasakan belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru
ditanyakan pada guru yang bersangkutan.
-
Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan
mendapatkan pengakuan positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat
penghargaan negative yang didasari pada prilaku yang tampak.
-
Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang
berkesinambungan, dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah
terbentuk sebelumnya. Jika anak sudha mahir dalam satu bidang tertentu, akan
lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang
berkesinambungan tersebut dan lebih optimal.
-
Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang
sederhana sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam
bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu
mampu menghasilakan suatu prilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.
-
Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimuls yang
lainnya dan seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.
-
Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur kecepatan,
spontanitas, dan daya tahan.
-
Teori behavioristik juga cocok diterapakan untuk anak
yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus
dibiasakan, suka meniru, dan suka dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung.
b.
Kekurangan Teori Behavioristik
-
Sebuah konsekwensi untuk menyusun bahan
pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.
-
Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metose ini.
-
Murid berperan sebagai pendengar dalam proses
pembelajaran dan menghafalkan apa di dengar dan di pandang sebagai cara belajar
yang efektif.
-
Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh
para tokoh behavioristik justru dianggap sebagai metode yang paling efektif
untuk menertibkan siswa.
-
Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar,
dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan oleh guru.
-
Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelsan dari
guru dan mendengarkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang
efektif sehingga inisiatf siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul secara
temporer tidak bisa diselesaikan oleh siswa.
-
Cenderung mengarahakan siswa untuk berfikir linier,
konvergen, tidak kreatif, tidak produktif, dan menundukkan siswa sebagai
individu yang pasif.
-
Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru(teacher
cenceredlearning) bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang
dapat diamati dan diukur.
-
Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa,
yaitu guru sebagai center, otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru
melatih, dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
v Aplikasi
Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran
Aliran
psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan
teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus
responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi
teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar,
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan
berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif,
pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi,
sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau
pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan
yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah,
sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh
karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki
pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang
dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian
halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu
membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para
pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan
standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para
pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya
pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak
teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi
dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan
ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan
mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut
bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga
terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu
untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Karena
teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan
teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada
aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan
dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih
banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam
penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan
keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang
pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai
penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang
berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh
sistem yang berada di luar diri pebelajar.
Tujuan
pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut
pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam
bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan
pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari
bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat,
sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib
dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku
wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi
menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang
benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan
guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya.
Evaluasi
belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan
biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan
evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.
BAB III
PENUTUP
A
SIMPULAN
B
SARAN
Kita sebagai calon guru harusnya
mampu mendidik para peserta didik kita dengan baik, dengan metode serta teori
yang tepat sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Oleh karena
itu pelajarilah teori-teori pembelajaran yang ada agar kita mampu menemukan
kecocokan dalam metode mengajar yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Budinungsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Davies, Ivon K. 1987. PengelolaanBelajar.
Jakarta: Rajawali Pers.
Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
Yulaelawati, Ella. 2007. Kurikulum dan
Pembelajaran Filosofi, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya.
No comments:
Post a Comment