Pasang Iklan Murah Hanya Disini !

Saturday 31 December 2016

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN TEORI BEHAVIORISME



MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
PENGEMBANGAN TEORI BEHAVIORISME



NAMA        ANGGOTA       :
PRODI             : PENDIDIKAN BIOLOGI
SEMESTER        : II




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITRAS  NUSA CENDANA
KUPANG
2016


FOTO KELOMPOK

IMG20160312120022.jpg












BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Belajar  merupakan suatu proses sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi sikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif  membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistim yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan. Teori  adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Dalam dunia pendidikan, psikologi pendidikan sangat diperlukan. Hal ini dilakukan agar pendidik dapat  mengenali bagaimana peserta didiknya. Oleh karena itu pendidik perlu mempelajari psikologi pendidikan, dimana psikologi ialah ilmu yang mempelajari tentang prilaku dan jiwa manusia baik prilaku peserta didik dan orang lain. Dalam psikologi banyak terdapat teori – teori, salah satunya teori Behaviorisme yang artinya  perubahan perilaku yang diamati, diukur dan dinilai secara konkrit.
Teori belajar ini yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Maka dari itu teori ini perlu dipelajari oleh para pendidik serta teori ini mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.



B.     TUJUAN
1.      Mengerti dan memahami mengenai teori pembelajaran behaviorisme
2.      Mampu mengkaji hakikat belajar menurut teori behaviorisme
3.      Mengetahui apa saja yang menjadi kelemahan serta kelebihan teori behaviorisme
4.      Memahami dan menjelaskan bagaimana penerapan teori behaviorisme dalam sistem pembelajaran






















BAB II
PAMBAHASAN
v  Pengertian Teori Behaviorisme
Teori belajar behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi dari stimulus dan respon. Teori behaviorisme merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behaviorisme. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.                              Teori belajar behaviorisme dengan model stimulus-responnya, mendudukan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon dengan perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukman.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukan perubahan perilakunya. menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
            Stimulus adalah segala hal yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon. Oleh karena itu sesuatu yang diberikan oleh guru (stimulus) dan sesuatu yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat perubahan tingkah laku tersebut terjadi atau tidak.
            Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behaviorisme adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinfocement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi atau dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
            Beberapa prinsip dalam teori belajar behaviorisme adalah belajar behaviorisme, meliputi: Reinforcement and Punishment, Primary and Secondary Reinforcement, Schedules of Reinforcement, Contingency Management, Stimulus Control in Operant Learning, The Elimination of Responses (Gage, Berliner 1984).
            Ciri-ciri teori behaviorisme
·         Mementingkan faktor lingkungan
·         Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif
·         Sifatnya mekanis
·         Mementingkan masa lalu
Menurut teori behaviorisme belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuanya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang telah dianggap belajar sesuatu jika ia dapat menunjukn perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, anak belum dapat menghitung perkalian. Walaupun ia sudah belajar giat, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar.

v  Pandangan Teori Behaviorisme Menurut Para Ahli
Pada dasarnya para penganut aliran behaviorisme setuju dengan pengertian belajar
diatas, namun ada beberapa pendapat diantara mereka. Setiap dari pelopor-pelopor ini memberikan kontribusi yang kuat bagi perkembangan teori ini dari awal perkembangannya hingga sekarang. Secara singkat akan dibahas para tokoh aliran behaviorisme:

1.       Edward Edward Lee Thorndike (1874–1949)
             Berpendapat bahwa “belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara peristiwa yang disebut stimulus dan respon”.
Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Thorndike menemukan hukum-hukum dalam hasil teori ini, yaitu :
·         Hukum Kesiapan (Law of Readiness), Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.
·         Hukum Latihan, semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat.
·         Hukum Akibat, hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.
2.      Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936) dan Watson
 Pavlo mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar.
Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi. Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
3.      Skinner (1904-1990)
Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin”.
Teori ini juga disebut dengan “operant conditioning”. Operant conditioning menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
Skinner membagi menjadi 2 jenis respon :
·         Responden merupakan Respon yang terjadi karena stimulus khusus.
·         Operans merupakan Respon yang terjadi karena situasi random. Operans conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operans yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.
4.      Robert Gagne (1916-2002)
 Teori gagne banyak dipakai untuk mendisain Software instructional (Program berupa Drill Tutorial). Kontribusi terbesar dari teori instructional Gagne adalah 9 kondisi instructional :
·         Gaining attention: mendapatkan perhatian
·         Intorm learner of objectives: menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akan dicapai.
·         Stimulate recall of prerequisite learning:  stimulasi kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar.
·         Present new material: penyajian materi baru.
·         Provide guidance: menyediakan pembimbingan.
·         Elicit performance: memunculkan tindakan.
·         Provide feedback about correctness: siap memberi umpan balik langsung terhadap hasil yang baik.
·         Assess performance: menilai hasil belajar yang ditunjukkan.
·         Enhance retention and recall: mengingat memori.


5.      Albert Bandura (1925-sekarang)
Teori belajar Bandura adalah teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif perilaku dan pengaruh lingkungan. Faktor-faktor yang berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi. Kelebihan teori Bandura dalah membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori Bandura menjadi dasar perilaku permodelan yang digunakan dalan pendidikan secara massal, contohnya penerapan teori belajar sosial dalam iklan televisi. Kerangka Berpikir Teori :
·         Pemberian bahan pembelajaran dalam bentuk utuh kepada peserta didik.
·         Pemahaman oleh peserta didik dilakukan mandiri oleh peserta didik. Jika ada yang kurang jelas baru ditanyakan kepada guru.
·         Hasil belajar segera disampaikan kepada peserta didik.
·         Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
·         Materi pelajaran digunakan sistem modul.
Skinners juga mengemukakan prinsip - prinsip belajar behaviuouristik :
1)      Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat.
2)      Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.
3)      Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.
4)      Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan   digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
       Dalam pembelajaran digunakan shapping Kekeliruan penerapan Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara mendisiplinkan siswa. Hukuman yang baik menurut Skinner adalah anak merasakan sendiri konsekuensinya dari perbuatan. Kelebihan, kekurangan dan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran. Sesuai dengan teori ini, guru dapat menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi intruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.
      Jadi pengertisan dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa teori Behavioristik adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur – unsur kecil, bersifat mekanistis, menekankan pada peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya prilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut SR psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.


v  Penggunaan Teori Behaviorisme

          Penggunaan teori Behaviorisme ini adalah guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak hanya memberi ceramah tetapi juga contoh - contoh. Bahan pelajaran disusun hirarki dari yang sederhana sampai yang kompleks. Hasil dari pembelajaran dapat diukur dan diamati, kesalahan dapat diperbaiki. Hasil yang diharapkan adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Metode ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur kecepatan spontanitas kelenturan daya tahan dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan peran orang tua. Kekurangan metode ini adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Murid dipandang pasif, murid hanya mendengarkan, menghafal penjelasan guru sehingga guru sebagai sentral dan bersifat otoriter.        Pada teori ini guru lebih menekan kan pada tujuan pembelajaran yang lebih pada hasil tanpa mengutamakan prosesnya sehigga siswa hanya diberi teori latihan berulang tanpa tau prosesnya siswa itu biasa atau tidak. Teori behavioristik menerapkan prinsip penguatan stimulus-respon. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus - respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Penguatan tersebut terbagi atas penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu. Sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang.
            Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah :
a)      Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
b)      Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
c)      Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
d)     Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
e)      Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
f)       Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
g)      Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
h)      Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
i)        Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda.




Ø  Ada beberapa Manfaat Teori Behaviorisme, yaitu :

ü  Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
ü  Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
ü  Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
ü  Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

v  Kelebihan serta Kekurangan Teori Behavioristik

a.      Kelebihan Teori Behavioristik 
-           Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi belajar.
-          Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada guru yang bersangkutan.
-          Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan pengakuan positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang didasari pada prilaku yang tampak.
-          Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudha mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan lebih optimal. 
-          Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilakan suatu prilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.
-          Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimuls yang lainnya dan seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.
-          Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan. 
-          Teori behavioristik juga cocok diterapakan untuk anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru, dan suka dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung.

b.      Kekurangan Teori Behavioristik 

-           Sebuah konsekwensi untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.
-          Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metose ini.
-          Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa di dengar dan di pandang sebagai cara belajar yang efektif.
-           Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
-           Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan oleh guru.
-          Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelsan dari guru dan mendengarkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif sehingga inisiatf siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa diselesaikan oleh siswa.
-          Cenderung mengarahakan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif, tidak produktif, dan menundukkan siswa sebagai individu yang pasif.
-          Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru(teacher cenceredlearning) bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.
-          Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa, yaitu guru sebagai center, otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih, dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.

v  Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran

            Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
            Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
            Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
            Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
            Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.       
            Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
            Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya.
            Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.









BAB III
PENUTUP

A      SIMPULAN





B       SARAN
            Kita sebagai calon guru harusnya mampu mendidik para peserta didik kita dengan baik, dengan metode serta teori yang tepat sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Oleh karena itu pelajarilah teori-teori pembelajaran yang ada agar kita mampu menemukan kecocokan dalam metode mengajar yang tepat.















DAFTAR PUSTAKA

Budinungsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Davies, Ivon K. 1987. PengelolaanBelajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Yulaelawati, Ella. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi, Teori dan Aplikasi. Jakarta:              Pakar Raya.