PENCEMARAN SUARA/BUNYI
NAMA-NAMA
ANGGOTA KELOMPOK
1.
YOSEF FREDINARDUS
2.
MELANIA ATA
3.
SERLY Y. NALE
4.
VERONIKA TUALAKA
5.
FRANSISKA UE
6.
VEBILIANA
RIA
PENDIDIKAN
BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NUSA CENDANA
KUPANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kita
semua ketahui bahwa bahan kimia yang tersebar dalam lingkungan fisik ini ada
yang bermanfaat dan sangat diperlukan kehadirannya dalam jumlah sebanyak
mungkin, ada juga yang berguna dalam kadar tertentu ada pula yang betul-betul
bersifat sebagai racun dan berbahaya bagi kehidupan manusia, hewan maupun
tumbuh-tumbuhan.
Bahan-bahan
kimia yang kehadirannya dalam lingkungan hidup dapat menyebabkan terganggunya
kesejahteraan hidup manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan disebut bahan
pencemar.
Berdasarkan Undang-undang
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982, polusi atau pencemaran
lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan
atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Ada
beberapa hal yag menjadi sumber utama terjadinya pencemaran, antara lain:
·
Proses-proses alam, antara lain
pembusukan secara biologis, aktivitas gunung berapi, terbakarnya semak-semak,
dan halilintar.
·
Pembuatan/aktivitas manusia, seperti:
a. Hasil
pembakaran bahan bakar yang terjadi pada industri dan kendaraan bermotor.
b. Pengolahan
dan penyulingan bijih tambang mineral dan batubara.
c. Proses-proses
dalam pabrik.
d. Sisa-sisa
buangan dari aktivitas-aktivitas tersebut di atas.
Pencemaran
terbagi menjadi empat macam, yaitu pencemaran tanah, pencemaran air, pencemaran
udara dan pencemaran bunyi/suara. Namun di dalam makalah kami kali ini kami
khusus membahas mengenai pencemaran bunyi/suara.
Kehidupan
modern sepertinya jadi perjuangan yang tak berkesudahan untuk melawan hiruk-pikuk
yang kian meningkat. Saat berada di rumah, telinga kita diisi oleh riuhnya
suara binatang peliharaan, suara AC, televisi, dan banyak hal lain. Saat berada
di jalan, kita juga mendengar keriuhan lain: proyek pembangunan, suara
kendaraan umum yang menderu dan musik yang dinyalakan orang lain. Survei yang
dilakukan Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia terhadap 20.000 orang di tujuh provinsi itu mencatat
bahwa sekitar 38 juta penduduk Indonesia terganggu pendengarannya.
Melihat hasil penelitian dari berbagai ahli dan penemuan dalam kehidupan sehari–hari tentang dampak kebisingan atau pencemaran suara inilah seharusnya diambil langkah – langkah yang tepat untuk menanggulangi salah satu polusi yang dianggap tidak begitu berdampak dibanding dengan polusi air, tanah dan udara yang sekarang ini dengan jelas terlihat dalam kehidupan kita sehari–hari.
Melihat hasil penelitian dari berbagai ahli dan penemuan dalam kehidupan sehari–hari tentang dampak kebisingan atau pencemaran suara inilah seharusnya diambil langkah – langkah yang tepat untuk menanggulangi salah satu polusi yang dianggap tidak begitu berdampak dibanding dengan polusi air, tanah dan udara yang sekarang ini dengan jelas terlihat dalam kehidupan kita sehari–hari.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakng di atas kami dapat menyusun rumusan masalah sebagai berikut:
·
Apakah yang dimaksud dengan pencemaran
bunyi?
·
Mengapa pencemaran bunyi dapat terjadi?
·
Apa saja dampak yang diakibatkan dari
pencemaran bunyi?
·
Bagaimana cara menanggulani pencemaran
bunyi?
C. Tujuan
Tujuan
kami menyusun makalah ini antara lain:
·
Mengetahui definisi pencemaran suara
atau bunyi
·
Mengetahui penyebab terjadinya
pencemaran bunyi/suara
·
Mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh
pencemaran bunyi/suara
·
Mengetahui cara-cara menanggulangi
pencemaran bunyi/suara
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pencemaran Bunyi/Suara
Ada
beberapa pengertian yang berkaitan dengan pencemaran bunyi, antara lain:
Pencemaran
bunyi (bunyi persekitaran) merupakan bunyi
hasil
dari mesin, hewan dan manusia yang mengganggu aktivitas atau keseimbangan
kehidupan manusia atau hewan.
Polusi
suara atau pencemaran suara adalah gangguan pada lingkungan yang
diakibatkan olehbunyi atau suara yang
mengakibatkan ketidaktentraman makhluk hidup di sekitarnya.
Pencemaran
bunyi adalah bunyi bising yang keterlaluan yang bisa memekakkan
telinga siapa yang mendengarnya.Pencemaran bunyi biasanya melebihi 80 desibel
(dB).
Pencemaran
bunyi adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu
kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam
satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai
bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan.
B. Sebab-Sebab Pencemaran Bunyi/Suara
Zat
atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat syarat
suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian
terhadap makhluk hidup. Sifat polutan adalah:
1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak lagi.
2. Merusak dalam jangka waktu lama.
1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak lagi.
2. Merusak dalam jangka waktu lama.
Bunyi
yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran
sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga
molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya
gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan
longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi
sedangkan dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan
kenyamanan dan kesehatan.
Untuk
mengetahui penyebab terjadinya pencemaran bunyi, maka kita perlu tahu
sumber-sumber dari pencemaran bunyi. Sumber pencemaran bunyi ialah sumber bunyi
yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak
maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan
industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan
kegiatan rumah tangga.
Di
Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu
1.
Mesin
Kebisingan
yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.
2.
Vibrasi
Kebisingan
yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan, benturan
atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda
gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.
3.
Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan
ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses
kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang,
jet, flare boom, dan lain-lain.
Sebagai contoh beberapa
bunyi/suara yang menyebabkan kebisingan yang kekuatannya diukur dengan dB atau
desibel adalah
1. Orang ribut / silat lidah = 80 dB
2. Suara kereta api / krl = 95 dB
3. Mesin motor 5 pk = 104 dB
4. Suara petir = 120 dB
5. Pesawat jet tinggal landas = 150 dB
1. Orang ribut / silat lidah = 80 dB
2. Suara kereta api / krl = 95 dB
3. Mesin motor 5 pk = 104 dB
4. Suara petir = 120 dB
5. Pesawat jet tinggal landas = 150 dB
C. Dampak
dari Pencemaran Bunyi/Suara
Tingkat
pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan waktu (lamanya) kontak.
Menurut WHO, tingkat pencemaran dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut :
1. Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan pada panca indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan pada ekosistem lain.
2. Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan menyebabkan sakit yangkronis.
3. Pencemaran yang kadar zat-zat pencemarnya demikian besarnya sehingga menimbulkan gangguan dan sakit atau kematian dalam lingkungan.
Pencemaran
bunyi dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan
psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Ada yang menggolongkan
gangguannya berupa gangguan Auditory,misalnya gangguan terhadap
pendengaran dan gangguan non Auditory seperti gangguan komunikasi,
ancaman bahaya keselamatan, menurunya performan kerja, stres dan kelelahan.
Lebih rinci dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai
berikut:
1. Gangguan
Fisiologis
Pada
umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus
atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah
(± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada
tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.Bising
dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini
disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam
telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah
tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf,
keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan
keseimbangan elektrolit.
2.
Gangguan Psikologis
Gangguan
psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan
cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan
penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan
lain-lain.
3.
Gangguan Komunikasi
Gangguan
komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi
pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi
pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan
terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak
mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak
langsung membahayakan keselamatan seseorang.
4.
Gangguan Keseimbangan
Bising
yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau
melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing
(vertigo) atau mual-mual.
5.
Efek pada pendengaran
Pengaruh
utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang
menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara
umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara
dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising
dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan
terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada
frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya
mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan.
Macam-macam
gangguan pendengaran (ketulian), dapat dibagi atas :
1.
Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS)
Diakibatkan
pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan mengalami
penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu pemaparan
terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup,
daya dengarnya akan pulih kembali.
2.
Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS)
Diakibatkan
waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di pengaruhi faktor-faktor
sebagai berikut :
·
Tingginya level suara
·
Lama paparan
·
Spektrum suara
·
Temporal pattern, bila kebisingan yang
kontinyu maka kemungkinan terjadi TTS akan lebih besar
·
Kepekaan individu
·
Pengaruh obat-obatan, beberapa
obat-obatan dapat memperberat (pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan
bersamaan dengan kontak suara, misalnya quinine, aspirin, dan beberapa obat
lainnya
·
Keadaan Kesehatan
3.
Trauma Akustik
Trauma
akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh alat
pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa pajanan
dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara
yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang
telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.
4. Prebycusis
Penurunan
daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan gejala yang dialami
hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis (menurunnya daya
dengar pada nada tinggi). Gejala ini harus diperhitungkan jika menilai
penurunan daya dengar akibat pajanan bising ditempat kerja.
5.
Tinitus
Tinitus
merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan pendengaran . Gejala yang
ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang dapat merasakan tinitus dapat
merasakan gejala tersebut pada saat keadaan hening seperti saat tidur malam
hari atau saat berada diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).
D. Cara
Menanggulangi Pencemaran Bunyi/Suara
1. Penggunaa
alat peredam suara
Ada
berbagai cara untuk mengurangi pencemaran suara, salah satunya adalah
penggunaan alat peredam suara, kini banyak digunakan sistem kendali bising yang
aktif. Menurut Dr Ir Bambang Riyanto Trilaksono MSc, peneliti dan dosen pada
Departemen Teknik Elektron, Institut Teknologi Bandung (ITB), secara
konvensional bising diredam dengan memakai bahan-bahan peredam. Bahan
tersebut ditempatkan di sekitar sumber bising atau di dinding ruang yang
intensitas bisingnya mau dikurangi. Selain itu kini di perkantoran, hotel atau
apartemen di kota – kota besar yang dekat dengan lalu lintas utama atau dekat
bandara yang dirasa lingkungannya mempunyai kebisingan yang tidak bisa
ditolerir oleh pendengaran manusia, maka Direktur Jendera Bina Marga sejak
tahun 1999 mencanangkan bangunan peredam bising.
Dimensi Bangunan
Peredam Bising tersebut antara lain :
a. Tinggi minimal 2,75m (makin tinggi kemampuan redaman makin baik).
b. Tebal dinding minimal 10 cm.
Sedangkan Bahan bangunan peredam bisik
a. Penggunaan bahan untuk mereduksi bising adalah dari hasil olahan industri berupa beton ringan agregat yang disebut ALWA berupa konblok (masif) dengan komposisi campuran: Semen : Pasir : ALWA= 1 : 4 : 4
b. Dimensi konblok ALWA dapat dicetak menurut ukuran pabrik, sebagai berikut: (30 x 10 x 15) atau (30x15x15)cm
c. Bahan selain ALWA seperti Bata Merah atau Batako harus dengan rancangan khusus untuk memperoleh kemampuan redaman bising yang baik. Secara terus menerus program ini terus disosialisasikan oleh pemerintah dalam upaya mengurangi polusi suara.
a. Tinggi minimal 2,75m (makin tinggi kemampuan redaman makin baik).
b. Tebal dinding minimal 10 cm.
Sedangkan Bahan bangunan peredam bisik
a. Penggunaan bahan untuk mereduksi bising adalah dari hasil olahan industri berupa beton ringan agregat yang disebut ALWA berupa konblok (masif) dengan komposisi campuran: Semen : Pasir : ALWA= 1 : 4 : 4
b. Dimensi konblok ALWA dapat dicetak menurut ukuran pabrik, sebagai berikut: (30 x 10 x 15) atau (30x15x15)cm
c. Bahan selain ALWA seperti Bata Merah atau Batako harus dengan rancangan khusus untuk memperoleh kemampuan redaman bising yang baik. Secara terus menerus program ini terus disosialisasikan oleh pemerintah dalam upaya mengurangi polusi suara.
2. Pendidikan
Melalui
pendidikan dapat memberikan kesadaran serta membentuk sikap positif terhadap
alam sekiar terutama dari hal-hal yang sangat kecil. Melalui pendidikan mereka
dapat mengetahui berbagai pencemaran alam dari segi efek-efek negative terhadap
lingkungan dan manusia.
3. Tanggung
jawab bersama
Pemerintah
harus berperan dalam membuat hukum untuk melindungi alam sekitar. Pengawasan
oleh pejabat lingkungan perlu ditingkatkan. Pengusaha pabrik harus
mendapatkan pengetahuan tentang berbagai bentuk pencemaran dan dampaknya
terhadap lingkungan sebelum memulai operasi pabriknya. Sehingga pemilik pabrik
dapat memasang alat peredam suara dalam setiap poduknya sehingga kebisingan
dapat diminimalisir. Terutama untuk pabrik kendaran, Pabrik kendaraan perlu
memikirkan produksi kendaraan yang mesinnya lebih senyap dan ramah lingkungan.
Selain itu, masyarakat juga harus memperhatikan alat-alat yang dapat menimbulkan kebisingan. karena delapan puluh persen penyebab pencemaran suara ini datangnya dari manusia sendiri. Terutama peralatan rumah tangga, seperti tidak terlalu banyak memakai alat elektronik yang menimbulkan suara bising, tidak berteriak dalam berbicara atau tidak mendengarkan musik dengan earphone dengan sangat keras. Karena secara tidak langsung hal itu bisa mengurangi kelelahan otak dalam mendengar.
Selain itu, masyarakat juga harus memperhatikan alat-alat yang dapat menimbulkan kebisingan. karena delapan puluh persen penyebab pencemaran suara ini datangnya dari manusia sendiri. Terutama peralatan rumah tangga, seperti tidak terlalu banyak memakai alat elektronik yang menimbulkan suara bising, tidak berteriak dalam berbicara atau tidak mendengarkan musik dengan earphone dengan sangat keras. Karena secara tidak langsung hal itu bisa mengurangi kelelahan otak dalam mendengar.
4. Pameran
dan kampanye lingkungan
Mengadakan
pameran secara berkala disetiap daerah tertentu tentu perlu dilakukan
dengan mendistribusikan brosur tenteng penyebab dan dampak pencemaran suara
terhadap lingkungan dan manusia. Selain itu, pemerintah perlu menunjukkan slide
terkait pencemaran suara agar dapat menyadarkan masyarakat dan mengajar
masyarakat untuk melindungi lingkungan.
5. Melalui
media massa
Penyiaran
masalah terkait lingkungan agar masyarakat peka dan berhati-hati untuk melindungi
lingkungan dari pencemaran. Di samping itu juga pihak media massa juga harus
selalu meng-uptade informasi tentang lingkungan terutama masalah pencemaran.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
tujuan dan hasil diskusi kelompok kami, dapat diambil kesimpulan bahwa
pencemaran bunyi/suara adalah gangguan pada lingkungan yang diakibatkan
oleh bunyi atau suara yang
mengakibatkan ketidaktentraman makhluk hidup di sekitarnya. Pencemaran suara
diakibatkan suara-suara bervolume tinggi yang membuat daerah sekitarnya menjadi
bising dan tidak menyenangkan. Penilaian terhadap suara yang muncul sebagai
polusi atau tidak merupakan sesuatu yang subjektif. Kerusakan yang diakibatkan
pencemaran suara bersifat setempat, tidak seperti polusi
udara maupun polusi
air.
B. SARAN
Walaupun
tidak begitu mendapat perhatian seperti 3 pencemaran lain, pencemaran suara
merupakan suatu yang sangat penting untuk dikaji karena dampaknya kian hari
kian terlihat. Bahkan dampak yang ditimbulkan tidak kalah berbahaya dengan
pencemaran-pencemaran ynag lain. Untuk itu perlu adanya penanggulangan dari
pemerintah, lingkungan sekitar dan juga diri sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2009. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia- lingkungan/pencemaran_lingkungan/sumber-sumber-terjadinya-pencemaran/.
5 Mei 2012.
No comments:
Post a Comment