TUGAS
ZOOINVERT
FILUM MOLUSCA (KELAS
CEPHALOPODA)
OLEH
KELOMPOK 3
|
Prodi : Pendidikan
Biologi
Semester : III
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016
KATA
PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini demi
memenuhi tugas praktikum anatomi tumbuhan dengan judul “Cephalopoda”.
Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapakan banyak terimakasih.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
sehingga dengan segala kerendahan hati penulis mengharapakan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi lebih baiknya kinerja penulis yang akan
datang.Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan
informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.
Kupang, November 2016
Penulis
ii
DAFTAR
ISI
Cover
judul ............................................................................................................... i
Kata
Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar
Isi.................................................................................................................... iii
Bab
I Pendahuluan..................................................................................................... 1
A.
Latar Belakang............................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan............................................................................................ 1
Bab
II Pembahasan.................................................................................................... 2
A.
Pengertian Cephalopoda................................................................................ 2
B.
Morfologi, anatomi, dan fisiologi cephalopoda............................................. 2
1.
Morfologi cephalopoda ..................................................................... 2
2.
Anatomi cephalopoda ....................................................................... 4
3.
Fisiologi cephalopoda ....................................................................... 5
C. Klasifikasi
cephalopoda ................................................................................ 8
D. Penyebaran
dan manfaat cephalopoda ......................................................... 14
Bab
III Penutup......................................................................................................... 16
A.
Kesimpulan.................................................................................................... 16
B.
Saran.............................................................................................................. 16
Daftar
Pustaka........................................................................................................... 17
iii
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Di
bumi ini, keanekaragaman hewan sangat beragam jenisnya oleh karena itu kita
perlu mengklasifikasikannya untuk mempermudah mengenal objek yang beranekaragam
dengan cara melihat/mencari persamaan dan perbedaan ciri dan sifat pada objek
tersebut. Keuntungan yang di peroleh dari klasifikasi adalh mempermudah kita
untuk menggolongkan suatu makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya. Dalam
klasifikasi terdapat Kingdom/dunia Animalia (hewan). Animalia
terdiri dari dua kelompok besar yaitu vertebrata (bertulang belakang) dan
invertebrate (tidak bertulang belakang). Invertebrate terbagi lagi kedalam
beberapa filum yaitu protozoa, porifera, coelenterate, plathyhelminthes,
nemathelminthes, anelida, Mollusca, arthropoda, dan echinodermata.
Moluska adalah binatang
yang lunak, memiliki cangkang (mantel) yaitu lapisan jaringan yang menutupi
organ-organ visceral dan membentuk rongga mantel. Walaupun sebagian besar jenis
mollusca memiliki cangkang, namun ada beberapa jenis mollusca yang tidak
memiliki cangkang.
Menurut
beberapa ahli pada filum Mollusca dapat dibedakan menjadi beberapa kelas yaitu:
Amphineura/Polyplachopora, Gastropoda, Schaphopoda, Pelecypoda dan Chepalopoda.
Dalam kelas Cephalopoda merupakan hewan yang kakinya berada di kepala kaki ini
dikenal dengan nama tentakel atau lengan yang berfungsi untuk menangkap
mangsanya. Untuk mengetaui Chepalopoda
lebih dalam akan di bahas dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian rumusan masalah di atas
maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
1. Apa
itu cephalopoda ?
2. Bagaimana
morfologi, anatomi, dan fisiologi cephalopoda ?
3. Bagaimanan
klasifikasi dari cephalopoda ?
4. Bagaimana
penyebaran dan manfaat cephalopoda ?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian cephalopoda.
2. Untuk
mengetahui morfologi, anatomi, dan fisiologi cephalopoda.
3. Untuk
mengetahui klasifikasi dari cephalopoda.
4. Untuk
mengetahui penyebaran dan manfaat cephalopoda.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cephalopoda
Mollusca (dalam bahasa
latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang bertubuh lunak. Tubuh yang lunak
dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang. Hewan ini
tergolong triploblastik selomata. Cephalopoda (dalam bahasa latin, chepalo =
kepala, podos = kaki) merupakan Mollusca yang memiliki kaki di kepala.
Anggota Cephalopoda
misalnya sotong (Sepia officinalis),
cumi-cumi (loligo sp.), gurita (Octopus sp.) dan Nautilus sp. Hidup Cephalopoda seluruhnya di laut dengan merayap
atau berenang di dasar laut. Makananya berupa kepiting atau invertebrata
lainnya. Sebagai hewan pemangsa, hampir semua Cephalopoda bergerak cepat dengan
berenang. Kebanyakan Cephalopoda memiliki organ pertahanan berupa kantong
tinta. Kantong tinta berisikan cairan seperti
tinta berwarna coklat atau hitam yang terletak di ventral tubuhnya. Tinta ini
akan di keluarkan jika hewan ini merasa terancam dengan cara menyemburkannya.
Cephalopoda memiliki
kaki berupa tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsanya. Cephalopoda
memiliki sistem saraf yang berpusat di kepalanya menyerupai otak. Untuk
reproduksi hewan ini berlangsung secara seksual. Cephalopoda memiliki organ
reproduksi berumah dua (dioseus). Pembuahan berlangsung secra internal dan
menghasilkan telur.
B. Morfologi, anatomi, dan fisiologi cephalopoda.
1.
Morfologi cephalopoda
Cephalopoda merupakan Mollusca dengan kepala
yang jelas dan mata yang besar. Kaki otot dimodifikasi menjadi tangan, tentakel
sekeliling mulut, dan corong yang merupakan saluran keluar dari rongga mantel.
Pada Cephalopoda, kaki telah berevolusi menjadi lengan yang panjang dekat
kepala. Cumi-cumi memiliki 10 lengan, sedangkan gurita memiliki 8 lengan. Pada
cumi-cumi, rangka dalam tubuhnya dihasilkan dari zat hasil sekresi internal
oleh mantel. Adapun, gurita tidak memiliki rangka sama sekali. Di samping itu,
semua anggotanya tidak memiliki cangkang, kecuali spesies Nautilus..
Cephalopoda menggunakan lengannya untuk menangkap mangsanya dan memasukkannya
ke dalam mulut. Semua Cephalopoda adalah karnivor. Dalam mulutnya, terdapat
beberapa pasang struktur seperti gigi yang digunakan untuk menggigit dan
merobek mangsanya. Sebagian besar Cephalopoda mempunyai kelenjar tinta. Pada
kulit Cephalopoda mengandung kromatofor, yaitu pigmen yang memungkinkan tubuhnya
berubah warna. Cephalopoda mempunyai peran yang cukup penting dalam ekosistem.
Mereka merupakan mata rantai penting dalam jaring makanan pada ekosistem laut.
Berbagai ikan memangsa cumi-cumi sebagai sumber makanannya. Selain itu,
cumi-cumi dan sotong merupakan makanan laut yang digemari manusia.
Ciri ciri cephalopoda yaitu :
·
mollusca yang mempunyai kepala jelas dan
mata yang besar
·
kaki otot dimodifikasi menjadi tangan,
tentakel di sekeliling mulut, dan corong
yang merupakan saluran keluar dari rongga mantel. (kaki yang terletak di bagian
kepala)
·
umumnya tidak mempunyai cangkang luar,
tetapi mempunyai cangkang dalam yang terbuat dari kapur / kitin
·
Mempunyai kantong / kelenjar tinta
2.
Anatomi cephalopoda
·
Faring : bagian depan kerongkongan
berfungsi untuk mengisap makanan dari mulut dan membasahinya dengan lendir.
·
Mulut : tempat masuknya makanan.
·
Mata : sebaga alat penglihatan
·
Tentakel : berfungsi sebagai alat gerak
,merasa, memeriksa dan alat penagkap mangsa.
·
Anus : mengeluarkan sisa metabolisme.
·
Hati : mengambil sari-sari makanan dalam
darah dan sebagai tempat penghasil empedu.
·
Esofagus : saluran di belakang rongga
mulut berfungsi menghubungkan rongga mulut dan lambung.
·
Insang : sebagai organ pernapasan.
·
Lambung : sebagai bagian dari organ
pencernaan.
·
Cangkang dalam : sebagai pelindung organ
tubuh bagian dalam.
·
Ovarium : penghasil sel telur.Rektum :
sebagai bagian usus belakang yang membuka ke anus.
·
Kantung tinta : kantung selaput yang
terdapat pada cumi,yang mengandung tinta. Tinta akan di semprotkan bila cumi
merasa terganggu akan kedatangan / beretemu pemangsa/predator.
3.
Fisiologi cephalopoda
Pada fisiologi
cephalopoda ini yang akan dibahas adalah sistem saraf, sistem pencernaan, sistem
pernafasan sistem sirkulasi dan sistem reproduksi.
a. Sistem
saraf
Sistem syaraf terdiri
atas tujuh buah ganglion yang terletak di dalam kepala, berupa ganglion
serebral, ganglion pedal, ganglion
viseral, ganglion suprabukal, ganglion infrabukal, dan ganglion optik. Organ
sensoriik sangat berkembang dan terdiri atas mata, dua statosis dan organ
pembau. Statosis terletak di masing-masing lateral kepala dan berperan sebagai
organ keseimbangan. Terdapat pula mata, di mana mata tersebut sudah sama dengan
mata pada vertebrata.
b. Sistem
pencernaan
Organ pencernaan di
mulai dari mulut yang mengandung radula dan dua rahang yang terbuat dari zat
khitin dan berbentuk seperti paruh burung betet. Gerak kedua rahang tersebut di
karenakan kontraksi otot. Terdapat dua kelenjar ludah yang terletak di masa
bukal. Kelenjar ludah ke tiga terletak ujung anterior hati dan mensekresi racun
yang akan bermuara ke daerah rahang.
Kelenjar pencernaan
terdiri atas dua bagian yaitu hati yang terdapat di anterior dan pancreas terletak di posterior. Lambung
bersifat muscular dan berfungsi mencampurkan makanan dari hasil sekresi dari
kelenjar pencernaan. Zat-zat makanan akan menuju ke dalam usus atau ke dalam
sektum, organ pencernaan berikutnya adalah rektum dan anus yang bermuara dalam
rongga mantel
c. Sistem
pernafasan
Pernafasan dengan sepasang insang yang lebar seperti kipas.insang
terdapat di sebela dalam mantel. Air yang mengandung O2 masuk melalui
cela mantel dan terus ke insang. O2 akan diserap oleh insang dan aer
akan keluar melalui corong. Tidak ada cilia pada filamen karena tidak ada
masalah pembuangan sedimen.
d.
Sistem
sirkulasi
Sirkulasi darah
dilakukan dengan baik. Alat-alat sirkulasi terdiri atas jantung dan sejumlah
pembuluh darah. Jantung menerima darah dari vena cava anterior dan vena cava
posterior kemudian meuju insang melalui pembuluh darah afferent ke kapiler dan
terjadilah pertukaran O2 dengan CO2. Darah yang
mengandung O2 keluar dari masing-masing insang melalui pembuluh
darah efferent menuju aurikel di setiap sisi yang masing-masing bermuara
pada jantung sistemik.
Pada gurita peredaran darah tertutup.
Darah dalam insang melalui pembuluh kapiler. Mempunyai jantung tambahan yang terletak
antara ginjal dan insang. Jsntung tambahan ini disebut jantung insang. Jantung
insang ini untuk memperbesar tekanan darah dan mempercepat alirannya.
e. Sistem
reproduksi
Suatu organisme dapat
hidup, tumbuh dan berkembang biak serta menjaga kelangsungan hidupnya hanya
dalam batas-batas kisaran toleransi, dengan kondisi faktor-faktor abiotik dan
ketersediaan sumberdaya tertentu saja (Kramadibrata, 1996). cumi-cumi melakukan
reproduksi dengan sexsual. Reproduksi pada cumi-cumi secara seksual. Sistem reproduksi
seksual pada cumi-cumi terdiri atas sistem reproduksi betina meliputi ovum,
saluran ovum, kelenjar kuning telur. Sedangkan reproduksi jantan terdiri atas
testis, pori genital dan penis. Setelah kawin, cumi-cumi betina menaruh
telurnya di karang-karang nan merupakan sarangnya. Cumi-cumi betina menunggui
telur-telurnya dari gangguan hewan predator. Telur cumi-cumi akan menetas
setelah 20 hari. Selepas itu anak cumi-cumi bergerak sendiri mencari makan.
C. Klasifikasi
cephalopoda
Kelas cephalopoda dibagi menjadi 2 ordo, yaitu
tetrabranchiata dan dibranchiate.
1.
OrdoTetrabranchiata
Tetrabranchiata meliputi jumlah spesies yang sangat
banyak, diantaranya telah menjadi fosil (kelompok nautiloid dan ammonoids) yang
hidup pada zaman Mesozoik(60 juta tahun yang lalu). Contoh yang mewakili dari
nautiloids adalah genus nautilus yang dapat dijumpai di lautan pasifik dan
lautan Indonesia
Kingdom : Animalia
Filum : Molusca
Class : Chepalopoda
Ordo : Tetrabranchia
Family : Nautilidae
Genus : Nautilus
Spesies : Nautilus sp.
Tetrabranchiata memiliki cangkang luar dari kapur
yang membelit dan memiliki beberapa lengan. Hewan ini mempunyai dua pasang
insangserta dua pasang nefridia dan tidak mempunyai kromatofora dan kantung
tinta. Salah satu famili dari ordo tetrabranchiata adalah famili nautilidae;
cantohnya nautilus pompilus.
a.
Morfologi Nautilus
sp.
Body chamber (mulut cangkang)
septum
Berikut ini deskripsi mengenai nautilus (Kastawi,
2003):
·
cangkang yang melingkar pada suatu
bidang datar (planospiral), bulat pipih berbentuk spiral tertutup dan terbuat
dari bahan kapur
·
bagian dalam cangkang memiliki rongga
dan terbagi menjadi beberapa septum
·
warna permukaan cangkang umumnya putih
dengan dengan garis melingkar berwarna coklat
·
garis tengah cangkang mencapai 25 cm
·
tubuh menempati rongga kosong pada mulut
cangkang (body chamber)
·
memiliki septum yaitu sekat yang
terdapat pada cangkang yang merupakan pemisah antar rung dan memiliki septa
neck atau sekat leher
·
memiliki tentakel. Kaki (tentakel) ini
berfungsi sebagai tangan untuk mencari, merasa dan menangkap makanan.
·
Tidak memiliki kromatofor
·
Tidak mempunyai kantung tinta
·
Memiliki mata yang sederhana
·
Spesies
ini ditemukan dalam air cukup dangkal (1-50 meter), biasanya di platform
terumbu karang atau pinakel laguna, serta di pasir, di bawah batu atau rumput
laut.
b.
Anatomi Nautilus sp.
c.
Fisiologi Nautilus
sp.
Adapun secara anatomi, organ respirasi cumi terdiri atas
empat insang berbentuk bulu yang terdapat di rongga mantel. Prosesnya, air
keluar masuk melalui tepi lingkaran ujung badan. Kontraksi dan relaksasi mantel
menyebabkan sirkulasi air dalam rongga mantel sehingga terjadi pertukaran gas.
Filamen insang disuplai oleh kapiler-kapiler darah. Darah mengandung pigmen
respirasi yaitu hemocyanin.
Sistem pembuluh darah berkembang baik dan sistem peredaran
darahnya terdiri dari jantung sistematik, aorta, dan arteri bersifat ganda dan
tertutup, jadi darah seluruhnya mengalir di dalam pembuluh darah.
Alat ekskresinya berupa dua ginjal atau nefridia berbentuk
segitiga berwarna putih yang berfungsi menapis cairan dari ruang perikardium
dan membuangnya ke dalam rongga mantel melalui lubang yang terletak di sisi
usus (Mia, 2008).
Organ pencernaan terdiri atas mulut yang mengandung radula
dan dua rahang yang terbuat dari kitin dan berbentuk seperti paruh burung
betet. Gerak kedua rahang tersebut dikarenakan kontraksi otot. Selanjutnya
makanan di bawa ke esofagus, lambung, usus, rektum dan anus yang bermuara dalam
rongga mantel. Pencernaan dilengkapi dengan dua kelenjar ludah (di masa bukal)
dan di dekat ujung anterior hati, digunakan untuk mensekresikan racun di daerah
rahang. Selain itu juga memiliki kelenjar pencernaan yaitu kelenjar hati pada
anterior dan pankreas di posterior. Makanan cumi-cumi berupa ikan, udang dan
Mollusca lainnya (Mia, 2008).
Sistem saraf terdiri atas tiga pasang ganglion dan saraf.
Ganglion serebral, pedal, viseral, suprabukal, infrabukal dan optik terletak di
kepala. Indera sensoris juga sangat berkembang dan dilengkapi dengan mata, dua
statosis pada masing-masing lateral kepala sebagai organ keseimbangan dan organ
pembau.Sistem reproduksi nautilus dilakukan secara kawin. Hewan ini umumnya
memijah satu kali dan biasanya mati setelah melakukan reproduksi. Alat
kelaminnya terpisah (diosius), masing-masing alat kelamin terdapat di dekat
ujung rongga mantel dengan saluran yang terbuka ke arah corong sifon. Pada saat
kopulasi spermatofor jantan dimasukkan ke dalam rongga mantel betina dengan
pertolongan hektokotikulus (modifikasi ujung tangan kiri ke-5 jantan) yang
berbentuk seperti sisir (Mia, 2008).
2.
Ordo Dibranchiata
Dibranchiata memiliki cangkang dalam atau tidak sama
sekali dengan lengn lebih sedikit dibandingkan tetrabranchiata. Hewan ini
mempunyai kantung tinta, sepasang insang, sepasang nefrida, serta memiliki
kromatofora. Ordo dibranchiata dibagi menjadi 2 sub-ordo yaitu
a.
Subordo decapoda, contoh: Loligo pealeii dan Sepia
officinalis
b.
Subordo octapoda; sebagian besar tak memiliki
cangkang kecuali genus argonauta. Contoh octapoda antara lain argonauta argo, Octopus vulgaris dan Octopus bairdi.
Contoha dari Subordo decapoda,
adalah Loligo
indica
Klasifikasi cumi-cumi :
Kingdom
: Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Chepalopoda
Sub kelas : Coloidea
Super ordo
: Decapodiformes
Ordo : Decapoda
Family : Loliginidae
Genus : Loligo
Spesies : Loligo indica
a)
Morfologi Cumi
– cumi
Cumi-cumi
memiliki tubuh relaif lebih panjang, langsing, dan bagian belakang meruncing.
Cangkang terletak didalam rongga mantel, berwarna transparan., berbentuk pena
atau bulu yang terbuat dari kitin. Mantel berwarna putih dengan bintik-bintik
ungu hingga kehitaman yang diselubungi selaput tipis. Pada kedua sisi bagian
dorsal mantel terdapat sirip lateral yang berbentuk
segitiga. Kepala besar dengan 8 tangan dan 2 tentakel panjang. Permukaan lengan
bagian dalam dilengkapi dengan batil isap, sedangkan pada tentakel hanya
terdapat pada ujungnya saja. Ujung pasangan lengan IV pada jantan berubah
menjadi hectocotylus.
b)
Anatomi Cumi – cumi
c)
Fisiologi cumi-cumi
- Sistem pencernaan
Organ pencernaan di mulai dari mulut yang mengandung radula
dan dua rahang yang terbuat dari zat khitin dan berbentuk seperti paruh burung
betet. Gerak kedua rahang tersebut di karenakan kontraksi otot. Terdapat dua kelenjar
ludah yang terletak di masa bukal. Kelenjar ludah ke tiga terletak ujung
anterior hati dan mensekresi racun yang akan bermuara ke daerah rahang.
Kelenjar pencernaan terdiri atas dua bagian yaitu hati yang terdapat di
anterior dan pancreas terletak di posterior. Lambung bersifat muscular
dan berfungsi mencampurkan makanan dari hasil sekresi dari kelenjar pencernaan.
Zat-zat makanan akan menuju ke dalam usus atau ke dalam sektum, organ
pencernaan berikutnya adalah rektum dan anus yang bermuara dalam rongga mantel
- Sistem Reproduksi
Suatu organisme dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak
serta menjaga kelangsungan hidupnya hanya dalam batas-batas kisaran toleransi,
dengan kondisi faktor-faktor abiotik dan ketersediaan sumberdaya tertentu saja
(Kramadibrata, 1996).
Beberapa cumi-cumi melakukan reproduksi dengan sexsual.
Reproduksi pada cumi-cumi secara seksual. Sistem reproduksi seksual pada
cumi-cumi terdiri atas sistem reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum,
kelenjar kuning telur. Sedangkan reproduksi jantan terdiri atas testis, pori
genital dan penis
- Sistem saraf
Sistem syaraf terdiri atas tujuh buah ganglion yang terletak
di dalam kepala, dan saraf ganglion serebral, pedal, viseral, suprabukal,
infrabukal, dan optik. Organ sensoriik sangat berkembang dan terdiri atas mata,
dua statosis dan organ pembau. Statosis terletak di masing-masing lateral
kepala dan berperan sebagai organ keseimbangan. Terdapat pula mata, di mana
mata tersebut sudah sama dengan mata pada vertebrata (Kastawi, 2003).
Contoh
dari Subordo octapoda
adalah , Octopus vulgaris
.a
Morfologi Octopus
vulgaris
Pada gurita terdapat 8
buah lengan, lengan gurita bukanlah tentakel. Pada setiap lengan terdapat
bulatan-bulatan nan berfungsi sebagai penghisap, lengan gurita berfungsi
sebagai alat mobilitas dan penangkap mangsa. Hampir seluruh lengan gurita ialah
lapisan otot, tak memiliki tulang, baik di dalam maupun di luar dan merupakan
struktur hydrostat muskuler. Gurita tak memiliki rangka dan tak bercangkang.
Bagian tubuh gurita nan paling keras ialah sebentuk paruh nan berfungsi sebagai
rahang buat menghancurkan mangsa dan mengoyaknya menjadi ukuran nan lebih
kecil. Pada umumnya tubuh gurita sangat lentur hingga mudah menyelinap
disela-sela karang nan sempit
.b
Anatomi Octopus vulgaris
.c Fisioogi
·
Sistem reproduksi
Gurita bereproduksi
dengan cara sebagai berikut. Gurita jantan akan meletakan kantong spermatofora
ke dalam rongga nan berada pada mantel gurita betina. Peletakkan kantong ini
menggunakan lengan spesifik nan disebut hectocotylus nan biasanya merupakan
lengan ketiga dari kanan. Setelah dibuahi, gurita betina akan bertelur, jumlah
telurnya dapat mencapai 200.000 butir. Setelah menetas, larva gurita nan
seukuran plankton akan melayang-layang bersama plankton dan memakan copepod,
larva bintang bahari atau larva kepiting. Larva gurita memiliki musuh, yaitu
pemangsa plankton seperti paus.
·
Sistem alat indera
Indera penglihatan
gurita termasuk baik, walaupun diduga buta warna, tapi mampu melihat dengan
baik pada intensitas cahaya nan buruk.Indera peraba gurita pun sangat baik,
pada lengan gurita terdapat kemoreseptor nan menjadi sensor peraba. Tetapi
gurita kemampuan proprioseptif gurita sangat rendah, sehingga kemampuan
stereognosis-nya pun rendah (sulit mengenali benda dari bentuk tiga dimensi).
·
Penyebaran cephalopoda
daerah penyebaran cumi-cumi adalah di perairan Pasifik
Barat, Australia Utara, Pulau Filipina, bagian utara Laut Cina Selatan sampai
Jepang. Penyebaran Cephalopoda di seluruh perairan Indonesia hampir merata,
yaitu dari Barat Sumatera sampai ke selatan Irian Jaya, dari Selat Malaka ke
timur sampai ke perairan Timur Sumatera, Laut Jawa, Laut Banda, dan perairan
Maluku/ Arafura.
Cephalopoda menghuni
perairan dengan suhu antara 8 sampai 32 derajat celcius dan salinitas 8,5
sampai 30 per mil. Terjadinya kelimpahan Cephalopoda ditunjang oleh adanya zat
hara yang terbawa arus (run off) dari daratan. Zat hara tersebut dimanfaatkan
oleh fitoplankton yang selanjutnya dimanfaatkan oleh zooplankton, juvenile ikan
ataupun ikan - ikan kecil merupakan makanan Cephalopoda.
Penyebaran cumi-cumi hampir di seluruh laut di dunia ini ,
mulai dari pantai sampai laut lepas dan mulai permukaan sampai kedalaman
beberapa ribu meter. Habitat sotong berada di wilayah yang
berupa laut terbuka atau teluk. Sotong tinggal di habitat sekitar karang,
batuan di dasar perairan, dan paparan laut. Hampir di seluruh wilayah perairan
Indonesia merupakan habitat tebaik bagi sotong. Oleh karena itu, tidak heran
jika kita dapat menemukan sotong dimanapun di daerah perairan laut negeri kita
·
Manfaat cephalopoda
Pada umumnya cephalopoda
dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan Banyak spesies gurita nan
dijadikan bahan makanan khas dari berbagai penjuru dunia, seperti Mediterania dan
Meksiko . Di Jepang gurita dijadikan bahan primer buat sushi , tempura,
takoyaki dan akashiyaki. Tidak
terlalu mudah buat memelihara gurita dalam aquarium . Gurita dikenal sering
kelura dari akuarium loka tinggalnya dengan berbagai cara bahkan sampai dengan
cara memecahkan akuarium itu sendiri. Gurita juga dapat bertahan hayati hingga
beberapa waktu di luar air.
BABA III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Cephalopoda
(dalam bahasa latin, chepalo = kepala, podos = kaki) merupakan Mollusca yang
memiliki kaki di kepala. Anggota Cephalopoda misalnya sotong (Sepia officinalis), cumi-cumi (loligo sp.), dan gurita (Octopus sp.).
Ciri-ciri
cephalopoda ialah mollusca yang
mempunyai kepala jelas dan mata yang besar, kaki otot dimodifikasi menjadi
tangan, tentakel di sekeliling mulut, dan
corong yang merupakan saluran keluar dari rongga mantel (kaki yang
terletak di bagian kepala), umumnya tidak mempunyai cangkang luar, tetapi
mempunyai cangkang dalam yang terbuat dari kapur / kitin, mempunyai kantong /
kelenjar tinta, mempunyai peranan sebagai sumber makanan ikan dan merupakan
makanan laut yang punya kadar protein tinggi.
Cephalopoda terdiri dari 2 ordo yaitu Tetrabranchiata dan Dibranchiata.
Tetrabranchiata: Ordo
ini memiliki jumlah spesies yang besar, beberapa di antaranya telah punah dan
menjadi fosil. Contohnya adalah Nautilus yang hidup di Pasifik dari Lautan
Indonesia. Ordo ini mempunyai cangkang luar, dua pasang insang dan dua pasang
nefridium. Dibranchiata : Ordo ini memiliki cangkang dalam atau tidak
sama sekali, memiliki kantong tinta, sepasang insang, nefridium dan
kremafoda(sel-sel berpigmen, yang dapat berubah ubah warnanya).
B.
Saran
Kami
penulis mengharapkan agar dari makalah ini bisa memberi pengetahuan tambahan
bagi para pembacanya terutama pada pengetahuan tentan kelas cephalopoda.
DAFTAR
PUSTAKA
Kordi K, M Ghufran H. 2010. Budidaya Biota Akuatik untuk Pangan,
Kosmetik, dan Obat- obatan.
Yogyakarta: Lily Publisher.
Kuncono, Eko Budi. 2004. Akuarium
Laut.. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Pollock, Steve. 2000. Jendela Iptek Seri 10 : Ekologi.
Jakarta: Balai Pustaka.
Suwignyo, Sugiarti.2005. Avertebrata
Air. Jakarta: Penebar Swadaya.
Alat ekskresi
berupa nephridia yang berbentuk segitiga, berwarna putih terletak di sebelah
jantung branchialis.
1. Sistem Reproduksi
2. Ancaman
Sebagai komponen
biotic dalam ekosistem laut, anak cumi-cumi juga menjadi mangsa dari organism
laut lain.Jenis pemangsa yang menyukai anak cumi-cumi adalah lumba-lumba,
anjing laut, singa laut, ikan paus, dan ikan predator.
3. Habitat dan Penyebaran
Cumi-cumi
ditemukan pada daerah pantai dan paparan benua sampai kedalaman 400 m.
Cumi-cumi digolongkan sebagai organisme pelagik, tetapi kadang-kadang
digolongkan sebagai organisme demersal karena sering terdapat di dasar
perairan. Cumi-cumi melakukan pergerakan diurnal, yaitu pada siang hari akan
berkelompok dekat dasar perairan dan akan menyebar pada kolom perairan malam
harinya. Umumnya cumi-cumi tertarik pada cahaya (fototaksis positif) sehingga
sering ditangkap dengan bantuan cahaya (Bernes, 1997).
Menurut Soewito
dan Syarif (1990), menyatakan cumi – cumi menghuni perairan dengan suhu antara
8 sampai 32 derajat celcius dan salinitas 8,5 sampai 30 per mil. Terjadinya
kelimpahan cumi – cumi ditunjang oleh adanya zat hara yang terbawa arus (run
off) dari daratan. Zat hara tersebut dimanfaatkan oleh fitoplankton yang
selanjutnya dimanfaatkan oleh zooplankton, juvenile ikan ataupun ikan – ikan
kecil merupakan makanan cumi – cumi.
Penyebaran
cumi-cumi hampir di seluruh laut di dunia ini , mulai dari pantai sampai laut
lepas dan mulai permukaan sampai kedalaman beberapa ribu meter (Hamabe, M et
al. 1982).
Cumi-cumi di
Indonesia terdapat hampir di semua perairan, misalnya perairan Pantai Barat
Sumatera (Aceh dan Sumatera Utara), Selat Jawa (Jawa Barat dan Jawa Tengah),
Bali, NTB, NTT, Selatan dan Barat Kalimantan, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, sebelah Utara Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya (Pratiwi dan Wardhana,
1996 dalam Nurcaya, 2004).
4. Ekologi
Habitat cumi-cumi
adalah perairan laut terbuka. Cumi-cumi memiliki mata layaknya hewan bertulang
belakang sehingga mampu mengetahui datangnya mangsa ataupun musuh. Cumi-cumi
lebih banyak bergerak pada massa air untuk mengejar mangsanya. Cumi-cumi
bersifat fototaxis positif, suka atau tertarik mendekati cahaya. Bila merasa
terancam, cumi-cumi akan mengeluarkan air dari dalam ronggamantel melalui sifon
atau menyemburkan tinta yang berwarna hitam kebiruan. Setelah disemprotkan
cairan tinta tersebut tidak akan larut dalam air melainkan masih menggumpal,
pada saat itulah cumi-cumi akan meninggalkan tempat tersebut.
Di bawah kulit
cumi-cumi tersusun sebuah lapisan padat kantung-kantung pewarna lentur yang
disebut kromatofora. Dengan menggunakan lapisan ini, cumi-cumi dapat mengubah
penampakan warna kulitnya, yang tidak hanya membantu dalam penyamaran akan
tetapi juga sebagai sarana komunikasi. Misalnya, seekor cumi-cumi jantan
menunjukkan warna yang berbeda ketika kawin dengan warna yang digunakan ketika
berkelahi dengan seekor penantang.
Saat cumi-cumi
jantan bercumbu dengan cumi-cumi betina, kulitnya berwarna kebiruan. Jika
jantan lain datang mendekat pada waktu ini, ia menampakkan warna kemerahan pada
separuh tubuhnya yang terlihat oleh jantan yang datang itu. Merah adalah warna
peringatan yang digunakan saat menantang atau melakukan serangan.
4.
Sistem
Saraf Cephalopoda
Kelas Cephalopoda
seringkali disebut sebagai hewan Invertebrata paling pintar. Hal ini disebabkan
karena indera mereka sudah berkembang dengan baik dan memiliki otak yang
berukuran besar. Sistem saraf hewan ini juga paling kompleks dibandingkan
dengan Invertebrata lainnya. Bahkan, lengan-lengan dari gurita ini dikatakan
dapat “berpikir” sendiri. Gurita dapat
dilatih untuk membedakan berbagai benda, serta dapat merayap keluar dari satu
akuarium, mencari mangsa ke akuarium lain, kemudian merayap kembali ke
akuariumnya.
5.
Habitat
dan reproduksi cephalopoda
Hidup Cephalopoda seluruhnya di laut dengan merayap atau berenang di
dasar laut. Makananya berupa kepiting atau invertebrata lainnya. Sebagai hewan
pemangsa, hampir semua Cephalopoda bergerak cepat dengan berenang. Kebanyakan
Cephalopoda memiliki organ pertahanan berupa kantong tinta. Kantong tinta
berisikan cairan seperti tinta berwarna coklat atau hitam yang terletak di
ventral tubuhnya. Tinta ini akan di keluarkan jika hewan ini merasa terancam
dengan cara menyemburkannya. Cephalopoda memiliki kaki berupa tentakel yang
berfungsi untuk menangkap mangsanya. Cephalopoda memiliki sistem saraf yang berpusat
di kepalanya menyerupai otak. Untuk reproduksi hewan ini berlangsung secara
seksual. Cephalopoda memiliki organ reproduksi berumah dua (dioseus). Pembuahan
berlangsung secara internal dan menghasilkan telur.
Sistem pembuluh darah cumi-cumi adalah sistem pembuluh darah tertutup,
jadi darah seluruhnya mengalir di dalam pembuluh darah. Hewan ini bernafas
dengan insang yang terdapat di rongga mantel. Sedangkan ekskresi dilakukan
dengan ginjal. Alat reproduksinya terpisah, masing-masing dengan gonad yang
terletak dekat ujung rongga mantel.
Tubuh cumi-cumi dibedakan atas kepala. Leher
dan badan. Di depan kepala terdapat mata yang besar dan tidak berkelopak. Mata
ini berfungsi sebagai alat untuk melihat. Masih di dekat kepala terdapat sifon
atau corong berotot yang berfungsi sebagai kemudi. Jika ia ingin bergerak ke
belakang, sifon akan menyempurnakan air ke arah depan, sehingga tubuhnya
bertolak ke belakang. Sedangkan gerakan maju ke depan menggunakan sirip dan
tentakelnya.
Sistem pencernaan makanan terdiri atas: mulut,
faring, kerongkongan, lambung, usus buntu, usus dan anus. Juga dilengkapi
dengan kelenjar pencernaan yaitu kelenjar ludah, hati dan pankreas. Makanan
cumi-cumi berupa ikan, udang dan Mollusca lainnya. System reproduksi Reproduksi
terjadi secara seksual dengan fertilisasi internal. Hewan jantan terpisah
(diesis).
6.
Pembagian ordo kelas cephalopoda
Kelas cephalopoda dibagi menjadi 2 ordo, yaitu tetrabranchiata dan
dibranchiata.
1. Ordo Tetrabranchiata.
Tetrabranchiata meliputi jumlah spesies yang
sangat banyak, diantaranya telah menjadi fosil (kelompok nautiloid dan
ammonoids) yang hidup pada zaman Mesozoik(60 juta tahun yang lalu). Contoh yang
mewakili dari nautiloids adalah genus nautilus yang dapat dijumpai di lautan
pasifik dan lautan Indonesia.
Tetrabranchiata memiliki cangkang luar dari kapur yang membelit dan
memiliki beberapa lengan. Hewan ini mempunyai dua pasang insangserta dua pasang
nefridia dan tidak mempunyai kromatofora dan kantung tinta. Salah satu famili
dari ordo tetrabranchiata adalah famili nautilidae; cantohnya nautilus
pompilus.
2. Ordo Dibranchiata.
Dibranchiata memiliki cangkang dalam atau
tidak sama sekali dengan lengan lebih sedikit
dibandingkan tetrabranchiata. Hewan ini mempunyai kantung tinta, sepasang
insang, sepasang nefrida, serta memiliki kromatofora.
Ordo dibranchiata dibagi menjadi 2 sub-ordo
yaitu:
a.
Subordo decapoda, contoh: loligo
pealeii dan sepia officinalis.
b. Subordo octapoda; sebagian besar tak memiliki
cangkang kecuali genus argonauta. Contoh octapoda antara lain argonauta argo, octopus vulgaris dan octopus bairdi. Peranan cephalopoda bagi manusia terutama sebagai
sumber protein, misalnya cumi-cumi dan gurita.
BAB III
KESIMPULAN
Cephalopoda (dalam bahasa latin, chepalo =
kepala, podos = kaki) merupakan Mollusca yang memiliki kaki di kepala. Anggota
Cephalopoda misalnya sotong (Sepia
officinalis), cumi-cumi (loligo sp.),
dan gurita (Octopus sp.).
Ciri-ciri
cephalopoda ialah mollusca yang
mempunyai kepala jelas dan mata yang besar, kaki otot dimodifikasi menjadi
tangan, tentakel di sekeliling mulut, dan
corong yang merupakan saluran keluar dari rongga mantel (kaki yang
terletak di bagian kepala), umumnya tidak mempunyai cangkang luar, tetapi
mempunyai cangkang dalam yang terbuat dari kapur / kitin, mempunyai kantong /
kelenjar tinta, mempunyai peranan sebagai sumber makanan ikan dan merupakan
makanan laut yang punya kadar protein tinggi.
Cephalopoda terdiri dari 2 ordo yaitu Tetrabranchiata dan Dibranchiata.
Tetrabranchiata:
Ordo ini memiliki jumlah spesies yang
besar, beberapa di antaranya telah punah dan menjadi fosil. Contohnya adalah
Nautilus yang hidup di Pasifik dari Lautan Indonesia. Ordo ini mempunyai
cangkang luar, dua pasang insang dan dua pasang nefridium. Dibranchiata
: Ordo ini memiliki cangkang dalam atau tidak sama sekali, memiliki kantong
tinta, sepasang insang, nefridium dan kremafoda(sel-sel berpigmen, yang dapat
berubah ubah warnanya).
DAFTAR
PUSTAKA
Kordi
K, M Ghufran H. 2010. Budidaya Biota
Akuatik untuk Pangan, Kosmetik, dan Obat-
obatan. Yogyakarta: Lily Publisher.
Kuncono, Eko Budi. 2004. Akuarium Laut.. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Pollock, Steve. 2000. Jendela Iptek
Seri 10 : Ekologi. Jakarta: Balai Pustaka.
Suwignyo, Sugiarti.2005. Avertebrata Air. Jakarta: Penebar Swadaya.
|
|||
No comments:
Post a Comment